Sampah memang menjadi
masalah bagi seluruh negara yang ada di dunia.
Indonesia pun begitu, sampah yang menggunung ialah
salah satu masalah besar yang
hingga sekarang belum terpecahkan.
Banyak yang menganggap
bahwa masalah ini ialah tanggung jawab pemerintah semata.
Namun, itu adalah anggapan yang
salah, karena walaupun pemerintah sudah berusaha, tidak ada artinya jika
masyarakatnya sendiri tidak memiliki
kesadaran untuk membantu.
Produksi
sampah di Jakarta mencapai 6.500 ton per harinya dan semakin hari sampah yang
diproduksi semakin bertambah. Kalau begini, kian
hari kota Jakarta bisa semakin tertimbun oleh sampah.
Hanya sekedar membuang sampah di tempatnya pun belum tentu akan
mengurangi jumlah sampah yang terdapat di perkotaan. Maka dari itu, salah satu cara untuk mengurangi jumlah
sampah ialah dengan daur ulang. Daur ulang sendiri berarti
memanfaatkan kembali sampah yang masih bisa digunakan, sehingga secara
otomatis, kita dapat mengurangi
jumlah sampah yang ada di kota ini.
Sampah bukan hanya
dapat diolah menjadi pupuk organik, tetapi juga bisa
menjadi sumber energi alternatif. Beberapa negara yang sudah
maju seperti Denmark, Swiss, Amerika, dan Perancis telah memaksimalkan
pengolahan sampah menjadi tenaga listrik.
Pengolahan sampah ini menguntungkan banyak pihak. Selain mengurangi
bau busuk sekaligus mengolah sampah menjadi pembangkit listrik, cara mengolah sampah seperti ini dapat
menghemat penggunaan BBM dalam nilai yang cukup besar.
Prinsip
pengolahannya pun
sangat sedeharna. Pertama, sampah yang ada dibakar terlebih dahulu hingga
menghasilkan panas (proses
konversi termal). Panas yang dihasilkan dari pembakaran itu nantinya akan
dimanfaatkan agar dapat mengubah air menjadi uap bertekanan tinggi, dengan bantuan boiler. Uap yang bertekanan tinggi
tersebut akan digunakan untuk memutar bilah turbin yang dihubungkan ke generator
dengan bantuan poros. Generator tersebut akan menghasilkan listrik dan listrik
yang dihasilkan akan dialirkan
ke rumah-rumah dan pabrik-pabrik agar dapat digunakan.
Dilihat dari prosesnya
yang tidak sulit, sepertinya
masyarakat biasa pun bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di
Indonesia sendiri,
pengolahan sampah ini mulai diterapkan oleh beberapa perusahaan, seperti PT Pertamina (Persero) yang melebarkan sayap bisnisnya dengan cara melibatkan
diri dalam proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS) di Tempat
Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang,
Bekasi, Jawa Barat.
Selain mengubah sampah
menjadi energi listrik, ada juga pengolahan sampah lain yang walaupun tidak
memberikan banyak keuntungan, namun tetap bisa mengurangi
jumlah sampah yang ada di Jakarta.
Saat ini, Dinas Kebersihan sedang mengembangkan
pengolahan sampah melalui intermediate
treatment facility (ITF). Pola pengolahan sampah di ITF berbasis teknologi
tinggi, modern, tepat guna, dan ramah lingkungan.
Tujuannya ialah mengubah sampah
menjadi sesuatu yang berguna (from waste
to energy). Saat ini terdapat tiga ITF
di Jakarta, yakni ITF Sunter, ITF Cakung-Cilincing,
dan ITF Marunda. ITF – ITF ini mengolah
sampah anorganik dengan
cara memfermentasikannya hingga
menjadi bahan bakar pembangkit listrik atau
sumber BBG.
Ternyata, teknologi
pengolahan sampah yang ada di Jakarta telah berkembang sangat pesat. Namun,
apakah masyarakatnya sudah berperan aktif dalam usaha pemerintah yang mau
mengolah sampah ? Hanya diri kita sendiri yang mampu menjawabnya sebagai rakyat
Jakarta. Mari kita dukung usaha pemerintah dalam menanggulangi sampah yang
terus menggunung dengan turut mendaur ulang sampah yang ada di sekitar kita.
Salam warga Jakarta!
0 komentar:
Posting Komentar