Senin, 31 Desember 2012

Melangkahi Lorong Waktu


Cerpen ini mengisahkan tentang kehidupan masa mendatang di ibukota Indonesia ini. 
Ibukota yang katanya lebih kejam dari pada ibu tiri. Selamat membaca! o3o 

Aku memakai masker berwarna merah jambu favoritku. Sebenarnya, masker ini lebih cocok dikatakan berwarna merah tua dibanding merah jambu. Aku harus beli masker keluaran terbaru lagi rupanya. Masker yang lebih tebal, lebih bersih, dan lebih mahal tentunya. Heran, semakin lama masker yang diproduksi makin tebal saja, setebal asap yang menyelimuti pabriknya.

Kulangkahkan kaki menyusuri ruang tamu. Mama mana ya? Sepertinya sedang mandi. Kusibakkan gorden yang menutupi jendela di ruangan berukuran 2 x 2 meter itu. Huh, pemandangan ini lagi. Bukit hijau berhiaskan bunga warna-warni dengan latar langit biru tanpa awan. Pemandangan yang diproyeksikan 24 jam setiap harinya oleh layar LCD yang dipasang di setiap jendela. Sejak halaman depan rumah... ups, sekeliling rumah maksudku, dipenuhi oleh sampah-sampah yang tak lain dan tak bukan merupakan hasil ekskresi dari rumah ini, papa mulai membeli LCD demi LCD untuk menggantikan pemandangan yang memuakkan itu. Sama seperti tetangga-tetangga lainnya.

"Maisie, ngapain kamu ngeliatin jendela kayak gitu?"

Oh, itu dia si mama. Tubuhnya nampak bersih sehabis mandi. Mandi dengan laser pembersih. Aku penasaran, bagaimana rasanya mandi dengan air, seperti yang sering diceritakan kakek ? Hmm, sepertinya menyegarkan. Kalau sekarang aku berani mencoba mandi pakai air, aku pasti sudah dipenjara seumur hidup. Terang saja, mencari air kini bukan perkara mudah. Air di Jakarta kini 90% nya sudah tercemar oleh sampah. Untuk keperluan hidup seisi rumah saja, kami harus membeli air impor dari kaki gunung Rokko, Kobe, Jepang. Karena harganya yang selangit, kami hanya diijinkan untuk minum dua gelas air per hari, bukan dua liter seperti slogan-slogan yang sering kutemukan di kumpulan koran lama milik kakek.

"Gapapa kok ma, cuma iseng. Ma, aku mau beli masker baru dong! Yang ini kotor banget. Udah kulaser berkali-kali tetep aja kotor. Kalau kotor gini, percuma aja pakai masker, yang dihirup sama aja!"

Kulihat tatapan mama berubah menjadi aneh. Seperti... Seperti tatapan iba. Aneh, kenapa mama iba kepadaku? Entahlah. Mama mengeluarkan dompetnya yang terbuat dari plastik bekas makanan ringan. Di bagian depannya tertera tulisan ’Chuba’ yang selalu membuatku penasaran. Apa rasanya benar-benar enak seperti yang pernah diceritakan nenek? ”Rasanya cetar membahana badai deh pokoknya!” promosi nenek waktu itu.

"Nih, lima puluh ribu, cukup kan?" ujar mama sambil menyodorkan selembar kertas daur ulang berukuran 3x4 cm. Kalau tidak ada tulisan '50 BI' di pojok kanannya, pasti sudah kukira sobekan kertas tak berarti.

"Ngg, kemarin aku lihat di katalog harganya udah naik jadi delapan puluh ribu."

Sesaat kulihat mama terperanjat. Dengan berat hati, ia sodorkan lagi selembar kertas yang identik. Uang dengan nominal seratus ribu itu pun berpindah ke tanganku. Kini, aku bersiap untuk berangkat ke toko masker langganan keluargaku. Kukenakan jaket merah, celana hitam panjang, sepasang sarung tangan, dan sepasang sepatu bot kesukaanku. Tak lupa kukenakan pula kacamata hitam milik kakek.

"Pergi dulu ya, ma!"

Dengan hati-hati aku melangkah keluar rumah. Takut menginjak serpihan botol kaca yang berserakan di jalan setapak depan rumahku. Aku tertegun melihat ratusan, atau bahkan ribuan kecoa berpesta pora di depan rumah Melissa yang hanya beda dua rumah dari rumahku. Pasti mereka baru makan makanan organik. Wah, beruntung sekali mereka. Tak seperti aku yang setiap hari hanya disuguhi tablet-tablet daging yang hambar.

Eh, apa ini??! AAARRGH!! Aku menginjak kotoran kucing karena terlalu asyik melamunkan makanan apa yang dimakan oleh keluarga Melissa. Duh, kenapa sih TPA bisa penuh?? Kan jadi kacau begini, semua sampah campur aduk di jalan. Giliran sudah parah baru mencari solusi. Gembar-gembor soal daur ulang, 3R, penghijauan, dan global warming di saat semuanya sudah terlambat. Dasar, manusia egois!

Akhirnya sampai juga di toko masker. Kutatap sebuah poster usang bekas kampanye Pilkada tahun lalu yang masih tertempel di pintu toko. ”....nomor 5 untuk Jakarta 2027-2032 lebih baik!” Cih, janji-janji palsu! Dari dulu sampai sekarang tak berubah, hanya bermulut manis saat kampanye namun gelap mata saat menjabat. Rakyat pun terpaksa berputih mata lagi untuk kesekian kalinya.

"Pak, maskernya satu ya, yang warna hitam aja deh biar gak gitu kelihatan kalau kotor."

Penjaga toko yang tampaknya sudah tidak minum berhari-hari itu pun membungkus pesananku. Kasihan juga melihatnya. Ia pasti belum mempunyai cukup uang untuk membeli air. Semua ini karena sampah!! Andai aku bisa kembali ke masa lalu, 2012 mungkin. Akan ku ajak seluruh penduduk dunia untuk menjaga keasrian bumi pertiwi dengan tindakan nyata, bukan sekedar janji belaka. Kutunjukkan bahwa perbuatan mereka akan menjadi bumerang di masa yang akan datang. Andai...


Telah dimuat di : depimomo.blogspot.com

Jumat, 28 Desember 2012

Pelajar SMA Punguti 1000 Puntung Rokok dan 500 Sedotan Bekas


Pada tanggal 29 - 31 Oktober 2012, seorang siswa kelas sepuluh dari SMA Regina Pacis turut berpartisipasi dalam kegiatan YCS Leadership Camp yang diadakan di Gunung Geulis, Bogor. Dari acara yang diikuti oleh para pelajar SMA dan SMK Katolik se-Jabodetabek ini, dia mendapatkan  suatu pengalaman berkesan.
Pada hari kedua dia mengikuti acara ini, dia dan teman-teman dari berbagai SMA dan SMK pergi menuju jalan raya Ciawi dengan tujuan untuk melihat langsung kondisi lingkungan yang ada di sana. Di tempat itu, panitia membagi para peserta ke dalam 2 kelompok besar. Setiap orang dalam kelompok pertama bertugas untuk memunguti 1000 puntung rokok yang tersebar di sekitar jalan raya tersebut.   Sedangkan setiap orang dari kelompok kedua bertugas untuk memunguti 500 sedotan bekas.
Akhirnya siswa ini pun tergabung dalam kelompok pertama yang bertugas untuk memunguti 1000 puntung rokok. Baginya, ini merupakan hal yang sangat menantang dan tidak biasa untuk dilakukan. Hal ini tidak biasa, karena biasanya dia hanya memunguti sampah yang berukuran besar, tidak sekecil puntung rokok. Dia pun cukup kaget dengan tugas yang diberikan. “Apakah bisa memunguti 1000 puntung rokok dengan wilayah hanya di sepanjang jalan ini?”, pikirnya dalam batin.
Berbagai cara pun dilakukan oleh semua peserta untuk mengumpulkan 500 sedotan dan 1000 puntung rokok. Mulai dari memunguti di pinggir jalan, masuk ke parit, masuk ke rumah makan untuk meminta sedotan, menunggu orang yang merokok hingga habis, bahkan mengambil dari tempat sampah dan lainnya. Semua itu dilakukan dengan tangan kosong tanpa memakai sarung tangan. Orang-orang yang berlalu lalang cukup dibuat bingung dengan apa yang mereka kerjakan. Terlebih lagi mereka pun harus berorasi di tengah jalan  dengan memilih satu topik, yaitu lingkungan, radikalisme agama, atau kemiskinan. Tak sedikit dari kami yang dianggap orang gila oleh warga sekitar dan orang yang lalu lalang di jalan raya Ciawi.
Setelah 3 jam menjalankan tugas, para peserta kembali ke perkemahan untuk menghitung jumlah puntung rokok dan sedotan yang telah mereka kumpulkan. Tidak ada yang mencapai target 1000 puntung rokok, bahkan hanya ada 1 orang yang berhasil mencapai 700 puntung rokok. Dia sendiri hanya berhasil mengumpulkan 200 puntung rokok.
Para peserta dari kelompok kedua rata-rata mengumpulkan 300 sedotan. Namun, apabila semua hasil puntung rokok dan sedotan disatukan dengan kelompoknya masing-masing pastilah semua kelompok akan mencapai target yang ditentukan, karena masing-masing kelompok terdiri dari 6 hingga 7 orang.
Hasil dari puntung rokok dan sedotan bekas akan diloakan oleh tim YCS dan hasilnya akan disumbangkan untuk orang yang tidak mampu. Walaupun hasilnya tidak seberapa, namun hal yang telah mereka lakukan merupakan bentuk kegiatan membersihkan lingkungan.
Lewat pengalaman ini, dia mengetahui bahwa ternyata masih banyak masyarakat Indonesia yang belum membuang sampah pada tempatnya, terlebih sampah kecil seperti sedotan dan puntung rokok. Sedotan dan puntung rokok memang sampah kecil, namun apabila semua orang membuangnya secara sembarangan, tentu akan mengotori lingkungan juga.
Lagipula, pengalaman ini baru di Ciawi lho! Bagaimana kalau kegiatan ini dilakukan di Jakarta? Coba bayangkan berapa banyak sampah yang dapat kita kumpulkan. Pastinya sangat melimpah, bukan?
Jika demikian, tunggu apa lagi? Tak perlu jauh-jauh membersihkan sampah yang ada di seluruh Jakarta, cukup memulainya dari hal kecil seperti kegiatan “Go Green” yang diprogramkan OSIS. Apakah teman-teman memperhatikan sampah kecil seperti sedotan dan puntung rokok ? 

Kamis, 27 Desember 2012

Sekolah Peduli Bumi Melalui Orientasi Siswa


Kegiatan MOPDB (Masa Orientasi Peserta Didik Baru)  yang diselenggarakan oleh SMA Regina Pacis Jakarta selalu mengusung para muridnya untuk hidup ramah lingkungan, mengingat kondisi bumi ini yang semakin hari semakin memprihatinkan dengan adanya global warming.


        Sejak mengikuti kegiatan MOPDB, para peserta didik sudah diajarkan untuk mengolah barang-barang bekas menjadi barang baru yang lebih bermanfaat dan tentunya ramah lingkungan. Selain menumbuhkan rasa peduli pada lingkungan, para siswa pun bisa mengembangkan kreatifitasnya dalam berkreasi membuat benda daur ulang dalam kegiatan ini. Dengan demikian, kegiatan MOPDB pun dapat berperan seperti peribahasa, “sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.”
Saat MOPDB berlangsung, para siswa diharuskan untuk memakai tas yang terbuat dari karung beras dan tali rafia. Untuk tempat pensilnya pun para siswa diajak untuk membuatnya dari botol minum plastik dengan bentuk dan desain yang dapat dikembangkan sesuai kreatifitasnya masing - masing. Selain itu, para siswa juga diharuskan untuk membuat sebuah benda daur ulang yang memiliki nilai guna, nilai estetika, serta nilai jual yang cukup tinggi agar kelak barang tersebut dapat dianggap bernilai dan tidak dilihat sebagai rongsokan tak berguna lagi.        
Sebelumnya, tidak pernah terpikirkan oleh para siswa bahwa karung beras yang biasanya dibuang begitu saja ternyata bisa menjadi barang yang sangat berguna. Tali rafia yang dikepang sembilan dan  dikaitkan pada tas karung beras tersebut ternyata bisa dipakai untuk membawa barang-barang para siswa selama MOPDB berlangsung.
      Melalui kegiatan ini, para siswa SMA Regina Pacis benar-  benar telah memperoleh sebuah nilai kehidupan, yaitu nilai kesederhanaan. Di sini, para siswa diajak untuk hidup sederhana dengan menggunakan bahan - bahan yang seadanya dalam menciptakan barang daur ulang yang berguna. Para siswa jadi semakin menyadari bahwa barang bekas yang tidak terpakai lagi itu dapat diolah menjadi barang yang sangat berguna. Sungguh masa orientasi yang sarat akan makna kehidupan. 

Selasa, 25 Desember 2012

Sekolah Peduli Sampah Lewat “Go Green”


Siswa - siswi SMA Regina Pacis Jakarta turut ambil bagian dalam hal peduli akan sampah.  Dengan program OSIS yang bernama Go Green, siswa-siswi diajak untuk memunguti sampah yang ada di lingkungan sekolah Regina Pacis.
Kegiatan yang rutin diadakan sebanyak satu kali untuk tiap semesternya ini merupakan program sekolah yang dicanangkan oleh OSIS dari seksi bidang keamanan dan lingkungan hidup. Program ini diadakan dengan tujuan untuk membersihkan lingkungan sekolah dari sampah, menyadarkan para siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, juga membantu meringankan pekerjaan para pegawai kebersihan yang setiap harinya bertugas membersihkan lingkungan sekolah.
        Banyak pelajar SMA yang antusias dalam mengikuti program ‘Go Green’ ini. Ada yang antusias karena kegiatan ini dapat membuat lingkungan sekolah menjadi lebih asri dan bebas dari sampah, dan ada pula yang senang karena jam pelajaran mereka berkurang untuk hari itu. Ya, acara ini memang dilaksanakan di pagi hari dengan mengambil waktu jam pelajaran pertama pada hari itu.

Guru dan para siswa saling membantu untuk membersihkan lingkungan sekolah

Masing-masing kelas akan membersihkan lingkungan sekolah berdasarkan daerah - daerah yang telah dibagi oleh OSIS. Lingkungan sekolah yang dibersihkan dalam acara Go Green ini dimulai dari jalan masuk Recis, yaitu di depan mini market Alfamart, jalan di sekitar gedung SD, tempat parkir yang ada di depan kantin, jalan di samping lapangan SMP dan SMA, lapangan rumput SMA dan SMP, jalan di sekitar gedung putih, hingga kapel yang ada di belakang sekolah.
Untuk kegiatan ini, sekolah telah menyediakan kantong plastik hitam untuk menampung sampah yang telah dikumpulkan dan juga sarung tangan bagi semua siswa SMA Regina Pacis. Sedangkan untuk peralatan kebersihan seperti sapu lidi dan pengki, masing - masing kelas dapat membawanya sendiri dari rumah untuk mempermudah proses pembersihan lingkungan ini.
Selama kegiatan Go Green ini dilangsungkan di SMA Regina Pacis, ternyata masih banyak sampah-sampah non organik yang ditemukan oleh para siswa. Hal ini menunjukkan bahwa warga sekolah Regina Pacis masih kurang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Padahal tempat sampah sudah disediakan dimana-mana, namun tetap saja ada orang yang mau membuang sampah tidak pada tempatnya. Dengan adanya acara ini, OSIS berharap agar semakin lama waktu berlalu, semoga para warga sekolah Regina Pacis dapat lebih peduli pada lingkungan.

Sihir Menyulap Sampah Jadi Tanaman


Teknik pengolahan sampah yang baik dan benar perlu dijadikan sebagai pusat perhatian bagi kita sebagai generasi muda saat ini. Sebelum mengolah sampah, kita perlu melakukan pemisahan terlebih dahulu agar proses pengolahan dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Berdasarkan jenisnya, sampah dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni sampah organik dan sampah anorganik.

Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari mahkluk hidup dan dapat terurai kembali ke alam secara sempurna. Sampah organik yang terurai dapat berubah menjadi pupuk kompos yang merupakan pupuk alami terbaik bagi tanaman.

Sekolah Regina Pacis sendiri telah mempraktekan   pengolahan sampah organik tersebut. Pengolahan sampah organik yang berupa daun-daunan kering ini telah dilakukan sejak tahun 1997. Pengolahan sampah organik ini dilaksanakan oleh beberapa karyawan setia Regina Pacis, seperti Bapak Rukhiyat, Bapak Usma, Bapak Parjianto, dan Bapak Dodot.


Secara berkala, mereka menggali sebuah lubang di halaman belakang SMP untuk diisi dengan sampah-sampah organik. Setelah penuh, lubang ini ditutup kembali dengan tanah. Sampah-sampah organik yang telah tertimbun itu pun didiamkan selama kurang lebih 3 - 6 bulan lamanya. Setelah sampah organik tersebut terurai sempurna, lubang tersebut kembali digali untuk diambil pupuk komposnya. Pupuk ini pun dipindahkan ke dalam polybag-polybag yang telah disediakan oleh sekolah untuk kemudian digunakan sebagai peyubur tanah tempat tanaman hijau sekolah tumbuh dengan suburnya.

"Dengan begini, sekolah tidak perlu lagi membeli pupuk untuk menyuburkan tanaman - tanamannya." ujar Bapak Usma saat diwawancarai Kamis (13/12) lalu.

Ternyata, selain dapat mengurangi jumlah sampah yang ada di lingkungan sekolah Regina Pacis, pengolahan sampah organik menjadi pupuk ini, juga dapat memberikan keuntungan lainnya, yaitu pupuk kompos gratis untuk sekolah. Semoga pengelolaan sampah ini dapat terus berlanjut dan berkembang di SMA Regina Pacis!

Teknologi Peduli Sampah Indonesia


Sampah memang menjadi masalah bagi seluruh negara yang ada di dunia. Indonesia pun begitu, sampah yang menggunung ialah salah satu masalah besar yang hingga sekarang belum terpecahkan.
Banyak yang menganggap bahwa masalah ini ialah tanggung jawab pemerintah semata. Namun, itu adalah anggapan yang salah, karena walaupun pemerintah sudah berusaha, tidak ada artinya jika masyarakatnya sendiri tidak memiliki kesadaran untuk membantu.
Produksi sampah di Jakarta  mencapai 6.500 ton per harinya dan semakin hari sampah yang diproduksi semakin bertambah. Kalau begini, kian hari kota Jakarta bisa semakin tertimbun oleh sampah.
0_Incinerator_ITF_Jakarta_Asrul_Greenweb_Posko_Hijau_Singapura_Jepang_Jerman_Sampah.jpg (1600×760)
 Hanya sekedar membuang sampah di tempatnya pun belum tentu akan mengurangi jumlah sampah yang terdapat di perkotaan. Maka dari itu, salah satu cara untuk mengurangi jumlah sampah ialah dengan daur ulang. Daur ulang sendiri berarti memanfaatkan kembali sampah yang masih bisa digunakan, sehingga secara otomatis, kita dapat mengurangi jumlah sampah yang ada di kota ini.
Sampah bukan hanya dapat diolah menjadi pupuk organik, tetapi juga bisa menjadi sumber energi alternatif. Beberapa negara yang sudah maju seperti Denmark, Swiss, Amerika, dan Perancis telah memaksimalkan pengolahan sampah menjadi tenaga listrik.
Pengolahan sampah ini menguntungkan banyak pihak. Selain mengurangi bau busuk sekaligus mengolah sampah menjadi pembangkit listrik, cara mengolah sampah seperti ini dapat menghemat penggunaan BBM dalam nilai yang cukup besar.
Prinsip pengolahannya pun sangat sedeharna. Pertama, sampah yang ada dibakar terlebih dahulu hingga menghasilkan panas (proses konversi termal). Panas yang dihasilkan dari pembakaran itu nantinya akan dimanfaatkan agar dapat mengubah air menjadi uap bertekanan tinggi, dengan bantuan boiler. Uap yang bertekanan tinggi tersebut akan digunakan untuk memutar bilah turbin yang dihubungkan ke generator dengan bantuan poros. Generator tersebut akan menghasilkan listrik dan listrik yang dihasilkan akan dialirkan ke rumah-rumah dan pabrik-pabrik agar dapat digunakan.
Dilihat dari prosesnya yang tidak sulit, sepertinya masyarakat biasa pun bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia sendiri, pengolahan sampah ini mulai diterapkan oleh beberapa perusahaan, seperti PT Pertamina (Persero) yang melebarkan sayap bisnisnya dengan cara melibatkan diri dalam proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS) di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.
Selain mengubah sampah menjadi energi listrik, ada juga pengolahan sampah lain yang walaupun tidak memberikan banyak keuntungan, namun tetap bisa mengurangi jumlah sampah yang ada di Jakarta. Saat ini, Dinas Kebersihan sedang mengembangkan pengolahan sampah melalui intermediate treatment facility (ITF). Pola pengolahan sampah di ITF berbasis teknologi tinggi, modern, tepat guna, dan ramah lingkungan.
Tujuannya ialah mengubah sampah menjadi sesuatu yang berguna (from waste to energy). Saat ini terdapat tiga ITF di Jakarta, yakni ITF Sunter, ITF Cakung-Cilincing, dan ITF Marunda. ITF – ITF ini mengolah sampah anorganik dengan cara memfermentasikannya hingga menjadi bahan bakar pembangkit listrik atau sumber BBG.
Ternyata, teknologi pengolahan sampah yang ada di Jakarta telah berkembang sangat pesat. Namun, apakah masyarakatnya sudah berperan aktif dalam usaha pemerintah yang mau mengolah sampah ? Hanya diri kita sendiri yang mampu menjawabnya sebagai rakyat Jakarta. Mari kita dukung usaha pemerintah dalam menanggulangi sampah yang terus menggunung dengan turut mendaur ulang sampah yang ada di sekitar kita. Salam warga Jakarta!

Kekelaman Dunia Sekejap Lenyap Karena Sampah

     Sampah merupakan barang yang sudah pernah dipakai dan dibuang karena dianggap tidak bisa digunakan lagi. Setiap harinya, rakyat Jakarta memproduksi sampah dengan ukuran sebesar Candi Borobudur. Entah apa yang bisa dilakukan dengan sampah sebanyak itu. Yang jelas ini merupakan suatu masalah besar bagi kota Jakarta yang harus segera diatasi.
Banyak orang mengira bahwa sampah organik sajalah dapat diatasi, sedangkan sampah non organik hanya dapat bertumpuk hingga ratusan tahun. Pendapat itu memang ada benarnya, namun tak pernahkah kita sadari bahwa sampah non organik itu dapat menuntun kita menjadi seorang miliarder?
Memang terdengar tidak mungkin, namun nyatanya, banyak hal yang bisa kita lakukan dengan sampah, terutama dengan sampah non organik seperti plastik ataupun botol bekas. Mulai dari aksesoris wanita hingga perangkat dekorasi, semuanya bisa dibuat dari sampah.
Kini, banyak orang beralih profesi menjadi pengusaha daur ulang dan telah  berhasil mengolah sampah menjadi barang -barang bernilai jual tinggi. Bahkan ada yang sampai laku terjual dengan harga jutaan rupiah.
    Untuk modalnya pun kita tidak memerlukan banyak uang. Modalnya hanyalah sampah dan berbagai pernak-pernik cantik sebagai hiasannya. Yang paling penting tetaplah kreatifitas diri kita sendiri. Tidak percaya? Kalau begitu, coba saja membuat hiasan dekorasi milikmu sendiri dengan mengikuti tips-tips yang telah kami berikan di rubrik tips.



  Banyak para ibu-ibu rumah tangga yang telah sukses menjadi miliarder hanya dengan bermodalkan sampah. Mereka bisa menghasilkan ribuan barang berkualitas yang mampu bersaing di toko - toko lokal maupun internasional. Dengan membuat  pot alami pun kita juga bisa menjadi seorang miliarder.
         Untuk membuat pot alami, kita bisa memanfaatkan berbagai macam sampah seperti sabut kelapa bahkan serbuk gergaji yang biasanya dibuang begitu saja oleh pemiliknya. Dengan beberapa keunggulan, seperti dapat menyatu dengan tanah dan memiliki zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan, pot alami ini dapat dijual dengan harga yang cukup tinggi dan menghasilkan banyak uang.
          Hal seperti itu pun telah kami coba di SMA Regina Pacis Jakarta dalam pelajaran mulok yang diajarkan bagi siswa-siswi di jurusan IPA. Dalam pelajaran itu, para siswa diajarkan untuk mampu berkreasi dan menghasilkan pot alami berharga mahal  dengan bahan dasar yang semurah mungkin.
          Selain untuk mencari keuntungan, kita juga bisa membantu sesama dengan memanfaatkan sampah. Kita bisa mengajari anak-anak jalanan dan orang-orang di tempat penampungan untuk berkarya dengan sampah. Siapa tahu dengan bekal keterampilan mengolah sampah yang telah kita berikan, mereka dapat menjadi wiraswasta di masa yang akan datang dan mampu untuk menolong teman-temannya yang kurang beruntung.
Tak hanya itu, sampah pun memiliki keajaiban lain yang dapat mengubah dunia menjadi lebih indah. Tak hanya mengubah hidup orang dewasa, tapi juga hidup anak-anak. Dua orang murid SMP yang bernama Masayu Amira dan Maria Jacklyn ialah buktinya.
Berawal dari kunjungan yang mereka lakukan ke sebuah pabrik tempat memproduksi tas dari barang bekas, akhirnya mereka pun tertarik dan memutuskan untuk memulai bisnis dari sampah non organik. Dengan dukungan penuh dari ayah mereka, akhirnya usaha ini pun terwujud. Mereka memulai profesi sebagai pengusaha barang daur ulang sejak di bangku SMP.
Awalnya, tidak banyak orang yang bisa menghargai karya mereka. Ada pula orang yang bertanya mengapa mereka menjual sampah seperti itu.
Namun, beranjak dari kritik tersebut, mereka justru semakin terpacu untuk  mengembangkan usaha mereka. Lama kelamaan usaha mereka pun dapat berkembang dan semakin diakui oleh banyak orang. Bahkan, pada pameran Kidspreneur 2012 lalu, mereka pun turut serta membuka booth dan menjual produk-produk daur ulang yang telah mereka produksi.
Nah, sekarang sudah tahu kan betapa mudahnya mendaur ulang dan menjadi miliarder hanya dengan memanfaatkan sampah ?  Bukan hanya orang tua yang bisa melakukannya, murid SMP pun bisa sukses dari sampah. Kita juga bisa mencobanya! Asalkan mau bekerja keras dan berpikir kreatif, kita pasti bisa sukses seperti mereka ! Selamat berkreasi!

Buangan Mengguncang Dunia

Selama ini, banyak orang mengira bahwa kotoran manusia ialah limbah yang paling sulit dimanfaatkan . Mereka menganggap hasil ekskresi itu tak mampu berubah menjadi hasil sekresi yang masih bisa digunakan oleh umat manusia. Entah berapa banyak kotoran manusia yang terbuang sia - sia tanpa diolah kembali. Padahal semua perkiraan mereka itu salah, kini banyak ilmuan sedang meneliti kegunaan dari kotoran tersebut.

Berbagai penemuan pun terkuak secara perlahan. Republik Rakyat China merupakan salah satu negara yang sudah menggunakan kotoran sebagai investasinya dalam berbisnis. Mereka mengubah kotoran manusia menjadi tanah, kemudian menyatukannya menjadi sebuah pulau kecil yang nantinya akan menjadi pulau tempat tinggal umat manusia yang ramah lingkungan.

Hal ini belum banyak diketahui oleh masyarakat umum. Sepertinya mereka masih ingin merahasiakan hal tersebut hingga suatu saat nanti di masa depan. Ya, seperti yang biasa ia lakukan dalam dunia ini, yaitu menjadi air tenang yang menghanyutkan.

Lain halnya dengan China, negara Jepang justru mencoba membuat makanan dari kotoran manusia. Sebagai ilmuwan asal Okayama Laboratory, Mitsuyuki Ikeda yakin bahwa banyak protein bagus di dalam kotoran manusia yang bisa dimanfaatkan.


Untuk itu, ia pun mengadakan penelitian besar yang meneliti segala seluk beluk kotoran manusia. Ia mencari cara untuk mengekstraknya, mencampurnya dengan saus steak, dan berhasil membuat kotoran itu menjadi makanan.

Banyak orang mungkin bertanya - tanya apa alasannya melakukan hal itu. Tak ada yang mengira bahwa ia akan memasak makanan dengan bahan dasar yang sangat menjijikan. Mungkin Anda menganggapnya gila, namun kenyataannya penelitian tersebut merupakan permintaan dari pemerintah Tokyo sendiri untuk mengurangi jumlah ‘lumpur kotoran’ yang menyumbat selokan bawah tanahnya.

Saat diteliti, Ikeda mendapati bahwa lumpur tersebut mengandung protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang baik untuk tubuh manusia. Setelah dikombinasikan dengan peningkat reaksi dan menempatkannya di dalam mesin ‘exploder’, akhirnya steak kotoran pun berhasil dibuat.

Steak kotoran yang berwarna merah ini memiliki rasa yang mirip dengan steak daging sungguhan, sehingga berhasil menipu banyak konsumen. Bahkan, saat diuji coba pertama kali di Tokyo, banyak konsumen yang mengatakan bahwa rasanya mirip dengan daging sapi. Tak ada yang tahu bahwa itu adalah steak kotoran.

Meski demikian, biaya untuk memproduksi steak buatan itu lebih mahal dibandingkan dengan harga daging sapi sungguhan. Ini merupakan suatu kekurangan tersendiri bagi penemuan ini. Tapi ini sudah hebat, bukan? Kalau Jepang dan China bisa, kenapa kita tidak? Ayo berkarya sambil menyelamatkan bumi dari sampah yang terus menggunung! Sukses bagi kita semua!